6.07.2010

Kelas Agama

Baca Selengkapnya...

5.31.2010

10 Dasar Kemampuan Guru

10 DASAR KEMAMPUAN GURU
MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN

  1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila
  3. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersayaratkan bagi jabatan guru

MENGUASAI LANDASAN PENDIDIKAN

  1. Mengenal tujuan pendidikan untuk pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
  2. Mengenal sekolah dalam masyarakat
  3. Mengenal prinsip-prinsip psikologi Pendidikan yang dapat dimanfaatkan pendidkan dalam PBM

MENGUASAI BAHAN PENGAJARAN

  1. Menguasai bahan pengajaran kurikulum
  2. Menguasai bahan pengajaran

MENYUSUN PROGRAM PENGAJARAN

  1. Menetapkan tujuan pembelajaran kurikulum
  2. Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
  3. Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
  4. Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai
  5. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

MELAKSANAKAN PROGRAM PENGAJARAN

  1. Menciptakan iklim belajar mengajar yang sehat
  2. Mengatur ruang beajar
  3. Mengelola interaksi belajar mengajar
  4. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

MENILAI HASIL DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR YANG TELAH DILAKSANAKAN

  1. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
  2. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

MENYELENGGARAKAN PROGRAM BIMBINGAN

  1. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
  2. Membimbing siswa yang kelainan dan berbakat khusus
  3. Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan di masyarakat

MENYELENGGARAKAN ADMINISTRASI SEKOLAH

  1. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
  2. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah

BERINTERAKSI DENGAN SEJAWAT DAN MASYARAKAT

  1. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanal
  2. Berinteraksi dengan masyarakat untuk penuaian misi sekolah

MENYELENGGARAKAN PENELITIAN SEDERHANA UNTUK KEPERLUAN PENGAJARAN

  1. Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
  2. Melaksanakan Penelitian sederhana
Baca Selengkapnya...

5.26.2010

Penulisan Karya Ilmiah

potret : PIL di kebun Raya Purwodadi 20/05/2010
Karangan Ilmiah menurut Brotowijoyo dalam Arifin ( 1985:8-9 ) adalah Karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Jenis Karya Ilmiah

  • Makalah

adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.

  • Kertas Kerja

Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.

  • Laporan Praktik Kerja

Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII).

  • Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan).

  • Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.

  • Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.

Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi

dapat dilihat dari hal-hal berikut:

(1) kegunaannya,

(2) tebal halaman,

(3) waktu pengerjaan, dan

(4) gelar akademik.

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:

  1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
  2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
  3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
  4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
  5. Memperoleh kepuasan intelektual;
  6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Tujuh sikap ilmiah bagi penulis adalah sebagai berikut:

  1. sikap ingin tahu bertanya mengapa, apa, dan bagaimana;
  2. sikap kritis mencari informasi sebanyak mungkin;
  3. sikap terbuka menerima pendapat orang lain;
  4. sikap objektif menyatakan apa adanya;
  5. sikap menghargai orang lain mengutip karangan orang lain dengan mencantumkan nama pengarang;
  6. sikap berani mempertahankan hasil penelitian;
  7. sikap futuristik mengembangkan ilmu pengetahuan lebih jauh.

Karakteristik Karya ilmiah

1. Mengacu kepada teori

Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai

landasan berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan

masalah.

Fungsi teori :

  1. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
  2. Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )
  3. Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan suatu gejala
  4. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.

2. Berdasarkan fakta

Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya,

sebenarnya dan konkret.

3. Logis

Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat

ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat

diterima akal.

4. Objektif

Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan

tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak

diintervensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.

5. Sistematis

Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan

ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan

prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.

6. Sahih / Valid

Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar

menurut aturan ilmiah yang berlaku.

7. Jelas

Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan

sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak

menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak

pembaca.

8. Seksama

Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah

dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak

mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.

9. Tuntas

Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya.

Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak

boleh terlalu luas.

10. Bahasanya Baku

Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai

dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur / standar bagi betu l

tidaknya penggunaan bahasa

.

11. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)

Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di

lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.

PERSYARATAN MENULIS ILMIAH

1. Menguasi teori ;

2. Memiliki pengalaman

3. Bersifat terbuka

4. Bersifat objektif

5. Memiliki kemampuan berbahasa

Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah

a. Pemilihan Topik

Cara memilih topik yang baik dalam karya ilmiah adalah sebagai

berikut:

a) topik itu sudah dikuasai;

b) topik itu paling menarik perhatian;

c) topik itu ruang lingkupnya terbatas;

d) data itu objektif;

e) memiliki prinsip-prinsip ilmiah (ada landasan teori atau teori-teori

sebelumnya;

f) memiliki sumber acuan.

b. Penentuan Judul

Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan

dengan pembatasan topik.

Contoh:

topik : Pendidikan

masalah apa : Motivasi

mengapa : Sistem

di mana : MAN Tambakberas

waktu : tiga bulan

kajian : praktik/penerapan

Catatan : Syarat judul yang baik adalah sebagai berikut:

1. harus bebentuk frasa,

2. tanpa ada singkatan atau akronim,

3. awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,

4. tanpa tanda baca di akhir judul karangan,

5. menarik perhatian,

6. logis, dan

7. sesuai dengan isi.

Penulisan Kerangka karangan

Kerangka karangan adalah pengelompokan dan pengamatan jenis

fakta dan sifatnya menjadi kesatuan yang bertautan.

Contoh:

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Pembatasan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Kerangka Teori

1.5 Sumber Data

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 …

2.2 …

BAB III METODE PENELITIAN DAN KAJIAN

3.1 …

3.2 …

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 …

4.2 …

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 …

5.2 …

RAGANGAN SKRIPSI SEMENTARA

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR KAMUS

LAMPIRAN DATA

c. Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

a. mencari informasi/data dari kepustakaan;

b. menyusun daftar angket;

c. melakukan wawancara;

d. melakukan pengamatan di lapangan;

e. melakukan percobaan di laboratorium.

Penyusunan Data

Penyusunan data dapat diartikan menyeleksi, mengolah, dan

menganalisis data dengan menggunakan teknik-teknik atau metode yang

telah ditentukan.

Pengetikan

Setelah data disusun lalu diadakan pengetikan data (penelitian).

Pemeriksaan

Pemeriksaan data (penelitian) dapat dilakukan melalui tahapan

penerapan bahasa berikut:

1. penyusunan paragraf,

2. penerapan kalimat baku,

3.penerapan diksi/pilihan kata, dan

4. penerapan EYD.

Baca Selengkapnya...

5.24.2010

Menghargai Atau Dihargai

Selamat atas terpiihnya siswa the best of MAN Tambakberas 24 Mei 2010

Lebih penting mana, menghargai atau dihargai? Memberikan apresiasi atau diapresiasi? Pertanyaan tersebut kerap kali mampir dan menggugah egosentrisme semua orang, sehingga pertanyaan tersebut cukup mampu memberikan “PR” pada diri kita. Bahkan, pertanyaan ini terkadang tidak begitu diperhitungkan sama sekali oleh masing-masing kita, sehingga tiap tindakan yang kita lakukan menjadi nihil atas nilai pengakuan pada eksistensi “the others”.


Menghargai adalah upaya memahami keberhasilan orang lain yang didasarkan pada penilaian obyektif atas prestasi tersebut. Menghargai itu memerlukan kedewasaan pemikiran yang kemudian mengantarkan pelakunya pada sikap obyektif tanpa kepentingan subyektif-personal atas sebuah prestasi. Memahami keberhasilan orang lain menuntut pengetahuan kita akan konteks dimana keberhasilan tersebut muncul dan menunjukkan kualitasnya.

Kepicikan akan muncul di benak masing-masing diri kita ketika sebuah prestasi dilihat dan dipahami secara parsial, tidak memiliki latar belakang, proses, dan lebih picik lagi ketika keberhasilan dianggap sama pada tiap ruang dan waktu. Artinya, apapun bentuk prestasi yang ditorehkan seseorang, kita anggap tidak lebih baik dibanding prestasi-prestasi lain, atau bahkan tidak lebih bermutu dari prestasi yang telah kita klaim sebagai “milik” kita. Inilah yang disebut dengan cara pandang ahistoris.

Memahami sebuah prestasi orang lain, berarti juga berupaya untuk mengetahui posisi dan eksistensi orang yang akan kita pahami. Disinilah persoalan mendasar muncul dan kita lupakan. Sering kali kita menganggap bahwa memahami eksistensi orang lain itu berbanding terbalik dengan upaya memahami diri sendiri. Hal ini kemudian memunculkan logika biner dalam benak kita ketika melihat tiap fakta yang terjadi. Logika biner inilah yang kemudian mengantarkan kita pada upaya mengkomparasi keberhasilan tersebut dengan keberhasilan kita. Lalu yang terjadi adalah munculnya pola pikir ahistoris atas keberhasilan tersebut, sehingga kita tidak lagi obyektif mengulas tiap poin prestasi itu sendiri, namun lebih melihat pada apa kelemahan atasnya.

Sebenarnya, mengerti akan orang lain itu berbanding lurus dengan mengerti pada diri sendiri. Upaya mendengarkan, melihat, mengukur, dan mengkritisi diri sendiri itu berbanding lurus dengan mendengarkan, melihat, mengukur dan mengkritisi orang lain. Mana yang lebih mudah? Tentu jawaban pertanyaan ini menjadi sangat relatif.

Mungkin jawaban umum akan mengatakan bahwa mengkritik orang lain seharusnya lebih mudah dibanding mengkritik diri sendiri. Sama juga dengan menelanjangi kesalahan orang itu lebih mudah daripada mengakui kesalahan diri sendiri. Jika memang jawaban ini yang kita sepakati, maka mengapa kita juga sulit menghargai orang lain. Apakah kritikan, penilaian, penghargaan, dan pujian atas orang lain itu berbeda? Tidak, kesemuanya adalah wujud eksternalisasi diri atas segala sesuatu di luar diri itu sendiri.

Jika kita mudah menyalahkan, seharusnya kita juga mudah membenarkan. Jika ingin didengar, maka dengarkanlah. Jika ingin berkata, biarkanlah mereka juga berkata. Kita hanya perlu belajar obyektif atas sesuatu. Maka yang harus kita pahami adalah bahwa semakin serius upaya melihat keluar, berarti semakin serius pula kita melihat kedalam. Makin tajam kita melakukan eksternalisasi, maka makin tajam pula kita lakukan internalisasi.

Belajar obyektif dalam melihat diri sendiri dan orang lain inilah yang saya rasakan sangat berat ketika belajar dengan sahabat-sahabat saya di bulan April 2010. Mereka mungkin juga memikirkan hal sama, atau tidak terpikir sama sekali.

Yang terpenting selama bulan itu, saya dan beberapa sahabat lain berupaya untuk memberi tanpa harus meminta. Mendengar tanpa harus berbicara dulu. Mengkritisi diri sebelum mengkritik orang lain. “Membengkeli” diri tanpa “mengendarai” orang lain. Bekerja tanpa berharap akan upah. Belajar tanpa menunggu orang lain belajar. Syukur bila orang lain ikut belajar.


Sumber : http://chabib.sunan-ampel.ac.id/?p=258

Baca Selengkapnya...

5.22.2010

Oh, "Kirain" Kantor DPR Itu di Kebon Sirih...

Perhatian banyak orang terhadap artis yang masuk dunia politik semakin menjadi-jadi ketika penyanyi dan pesinetron Yulia Rahmawati, yang akrab dipanggil Julia Perez atau Keke atau Jupe, memutuskan maju dalam pemilihan kepada daerah Kabupaten Pacitan, Desember 2010. Pacitan adalah tanah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Coba kita lihat sedikit kegiatan Jupe di Pacitan. Sebelumnya, perlu juga melihat para artis lain ketika mereka berusaha masuk ke dunia politik lewat lembaga legislatif atau DPR. Tanggal 26 Agustus sampai 12 Oktober 2008, lembaga riset Charta Politika yang didirikan pengamat politik Bima Arya Sugiarto mengadakan pelatihan untuk para artis yang jadi calon legislatif di Kebayoran Baru, Jakarta.



Para artis itu, antara lain, adalah Mandra, Ikang Fawzi, Adrian Maulana, Ita Mustafa, Wulan Guritno, Maylaffayza, dan Henidar Amroe.

Bima Arya, doktor bidang Ilmu Filsafat Politik lulusan Australian National University, Canberra, Australia, tahun 2006, banyak bersaksi tentang gerak-gerik para artis ini selama pelatihan. ”Mandra sangat serius dan betul-betul belajar dari para pelatihnya,” ujar Bima Arya.

Menyaksikan Mandra sedang mendengarkan uraian politik dengan wajah serius? Coba bayangkan itu.

Ikang Fawzi, kata Bima, sering membantu rekan-rekan artis lainnya yang kesulitan memahami uraian dari pelatih. ”Pokoknya mereka ini sangat kompak dan saling menolong. Mereka punya keinginan sama, ingin memperlihatkan kepada masyarakat, artis pun mampu jadi wakil atau pemimpin di bidang politik dan bernegara,” ujar Bima.

Namun, ada seorang artis yang sempat bertanya, ”Kantor DPR itu di mana?” Ketika dijawab di Senayan, sang artis sempat berujar, ”Oh, kirain di Kebon Sirih.”

Ada pula artis yang berjanji kepada pelatihnya untuk menjaga citra dan penampilan publiknya. Beberapa jam setelah berjanji, muncul berita artis bersangkutan memukul orang di sebuah tempat parkir di Jakarta.

Rieke dan Nurul

Menurut penelitian dari Charta Politika, April 2010, para artis di DPR yang banyak diliput media massa karena melakukan fungsinya sebagai anggota DPR, antara lain, adalah Nurul Arifin (Partai Golkar) serta Rieke Diah Pitaloka dan Dedy Suwandi Gumelar atau Miing (PDI Perjuangan).

Dalam tayangan sinetron, Rieke Diah Pitaloka tampil sebagai tokoh ”jenaka yang lugu”, tetapi sebagai anggota DPR dia orang sangat serius. Dia disiplin terhadap bidang yang dia geluti. Ketika ditanya tentang soal penampilan para artis di DPR dan lembaga eksekutif, Rieke mengatakan, ”Maaf, kalau soal itu, saya tidak bisa.”

”Kalau soal sistem jaminan sosial atau soal MOU Indonesia-Malaysia saya bersedia, sesuai wilayah politik saya di Komisi IX,” ujar Rieke yang tinggal di wilayah Kukusan, Depok, Jawa Barat. Rieke yang pernah menjadi aktivis demokrasi juga rajin menulis artikel di berbagai surat kabar.

Nurul Arifin—yang sering difungsikan sebagai juru kampanye untuk para calon bupati atau wali kota dari Partai Golkar di berbagai tempat di Indonesia—sering menyatakan keprihatinannya tentang kritik yang disampaikan kepada artis di DPR. ”Cukup parah kritik terhadap para artis yang duduk di DPR. Beberapa di antara mereka tidak pernah memberikan hasil pikirannya atau tidak pernah bicara dalam rapat komisi sampai hari ini. Kesalahan terbesar dalam soal ini ada di partai politik. Ini menyangkut soal perekrutannya. Jadi, kesalahan bukan hanya di artisnya,” tutur Nurul.

Jupe di Pacitan

Jupe lahir di Jakarta, 15 Juli 1980. Bapaknya orang Betawi, sedangkan ibunya berdarah campuran Madiun-Garut. Sabtu 24 April 2010, Jupe melakukan perjalanan darat dari Solo (Jawa Tengah) ke Pacitan. Ini merupakan kali pertama Jupe menginjakkan kaki di wilayah barat Jawa Timur itu.

Menurut Ketua DPC Partai Hanura Pacitan Sutikno, Julia Perez dan rombongan sengaja memilih rute penerbangan Jakarta-Solo dibandingkan dengan Jakarta-Surabaya karena lebih dekat mencapai Pacitan. Kedatangan Jupe ke Pacitan terkait erat dengan rencana pencalonan dirinya sebagai bakal calon wakil bupati periode 2010-2015. Proses pencalonan Jupe saat ini masih tahap penjaringan di tingkat partai politik pengusung, yakni Partai Hanura.

Dengan pengawalan mobil patroli polisi, Jupe mendatangi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fattah di Desa Kikil, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. Lokasinya sekitar 20 kilometer dari alun-alun Pacitan.

Jupe mengenakan kerudung warna hitam dipadu dengan blus lengan panjang abu-abu dan celana ketat memanjang di bawah lutut. Sepatunya hak tinggi, kesukaan Jupe. Ia disambut ratusan santriwati. Tampak ratusan penduduk sekitar menonton dari kejauhan.

Di pesantren ini, Jupe bertemu dengan KH Mohamad Burhanudin, pengasuh Ponpes Al Fattah. Burhanudin mengatakan, Jupe menguasai bahasa Perancis, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda. ”Mudah-mudahan nanti karena masuk pesantren, bisa bahasa Arab,” ujarnya.

Jupe mengatakan, sebelumnya ia pernah belajar bahasa Arab dan lulusan pesantren.

Setelah berdialog dengan para santriwati dan mengucapkan beberapa kalimat dalam tiga bahasa yang dikuasainya, Jupe menemui Bupati Pacitan Sujono. Tentang Pacitan, Jupe mengatakan, pantainya indah, memiliki ombak luar biasa, sangat layak untuk bermain selancar dan berjanji mempromosikan ke luar negeri.

Ada lagi cerita tentang Ratih Sanggarwati asal Ngawi, Jawa Timur. Peragawati kondang tahun 1980-an ini belum berhasil menduduki kursi DPR (Pemilu 2009) dan kursi bupati Ngawi (Pilkada 12 Mei 2010). Dia adalah calon bupati Ngawi terkaya dengan harta kekayaan Rp 5,3 miliar. ”Ya, habis uang saya, tetapi enggak apa-apa. Itu bisa dicari,” ujarnya.

Penuh cita-cita di dalam dirinya, Ratih antara lain ingin membuat banyak orang Ngawi tidak miskin dan memberantas korupsi. Untuk jadi PNS, harus bayar Rp 100 juta-Rp 150 juta.

”Daripada tidak mencoba, saya akan menyesal selama 20 tahun. Dalam peperangan, mati hanya satu kali; dalam perjuangan politik, mati bisa berkali-kali,” kata Ratih Sanggarwati.

Ratih tampaknya memang pantang menyerah. Siapa takut?

Kompas, Jumat, 21 Mei 2010

(OSD/NIK/JOS/NMP)

Baca Selengkapnya...
 

Kunjungan

Aktifitas

Uzy Ibni Muhammad Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template