5.13.2013

Indonesia, Pemimpin dan Kepemimpinan

Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Artinya, kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya (leader behavior). Perpaduan atau sintesis antara “leader behavior dengan leader style” merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara.
Banyak pakar manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan. Dalam hal ini dikemukakan George R. Terry (2006 : 495), sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela.”
Pemimpin serta kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Dalam praktek sehari-hari antara pemimpin dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin.
Perkataan pemimpin mempunyai macam-macam pengertian. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, diantaranya: Umara atau ulil amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah), Amirul ummah yang bermakna pemimpin (amir) ummat, al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok, al-Mas’uliyah yang bermakna penanggung jawab, Khadimul ummah yang bermakna pelayan ummat.

Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :
  1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. 3) Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
  2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
  3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut : Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
George R Terry (2006 : 124), mengemukakan 8 (delapan) ciri mengenai kepemimpinan dari pemimpin yaitu :
  1. Energik, mempunyai kekuatan mental dan fisik;
  2. Stabilitas emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar;
  3. Mempunyai pengetahuan tentang hubungan antara manusia;
  4. Motivasi pribadi, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi diri sendiri;
  5. Kemampuan berkomunikasi, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi;
  6. Kemamapuan atau kecakapan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan;
  7. Kemampuan sosial atau keahlian rasa sosial, agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul;
  8. Kemampuan teknik, atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mangambil keputusan dan mampu menyusun konsep.
Gaya Kepemimpinan
Selanjutnya Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan  dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia lazimnya digunakan 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :
  1. Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan
  2. Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun. 
  3. Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis.
  4. Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepeda ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Pimpinan disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan ini terutama diterapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw., yang maknanya sebagai berikut :
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban
tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
  1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
  2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
  3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
  4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan bermacam-macam, misalnya tipe kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administratif, dan demokratis. Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind of Manager  yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:
  1. Berorientasikan tugas (task orientation) 
  2. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation) 
  3. Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe kepemimpinan, yaitu 
  1. Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan kekuatan, sukar diramalkan. 
  2. Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras. 
  3. Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah. 
  4. Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. 
  5. Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel.
  6. Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 
  7. Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit. 
  8. Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.
Sejak reformasi semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara digulirkan, dinamika kehidupan sosial dan politik bangsa saat ini kembali memanas. Pasang surut nilai kepercayaan masyarakat terhadap tatanan politik yang ada dan kepemimpinan yang diselenggarakan terus terjadi. Salah satu sumbernya adalah dimana konstelasi sosial politik yang dilahirkan selama ini, dirasakan masih jauh dari harapan masyarakat secara luas. Malah tak jarang masyarakat dihadapkan pada suatu kondisi yang serba sulit. Infrastruktur dan regulasi yang masih semrawut, degradasi moralitas, sistem politik yang tidak stabil, dan sebagainya adalah kondisi-kondisi yang dihadapi masyarakat saat ini. Karena itu, wajar apabila kemudian masyarakat menuntut perlunya perbaikan dan perubahan yang lebih mendasar dan berkepentingan bagi semua orang. Dan itu perlu dimulai dari modal kepemimpinan yang memenuhi harapan masyarakat.
Sayangnya, kecenderungan masyarakat Indonesia masih menganggap persoalan kepemimpinan merupakan ranah yang hanya bisa dimasuki oleh sebagian kecil orang. Dalam kepercayaannya, mereka merupakan orang-orang pilihan dari Sang Maha Pencipta, dan dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin dalam masyarakat. Persoalan simbolisasi juga merupakan satu hal yang penting bagi kepercayaan yang dianut masyarakat. Simbol-simbol yang dibawa oleh seorang pemimpin sangat berbeda dengan simbol yang dibawa masyarakat awam. Penggambaran paling jelas bisa sama-sama kita lihat dalam proses pemerintahan sekarang.
Tidak seperti saat ini, secara formal memang banyak orang memiliki posisi pemimpin, tapi kebanyakan menjadi peragu dan takut mengambil risiko dalam memutuskan kebijakan. Atau, justru membuat kebijakan demi kepentingan pribadinya sendiri, guna memupuk kekuasaan atau kekayaan. Mereka menjadi pemimpin hanya lantaran mendapat SK alias surat keputusan. Bukan pemimpin yang lahir karena memang dibutuhkan rakyat atau mampu memimpin rakyat. Akibatnya, seperti kita lihat saat ini, hampir tidak ada pemimpin yang dapat dijadikan panutan. Dan, seiring dengan itu, juga nyaris tiada kepemimpinan yang bisa menjadi acuan ihwal bagaimana bangsa ini harus melangkah ke depan. Hasil akhirnya, rakyat pun seperti anak ayam kehilangan induk.

sumber : http://www.kajianpustaka.com/2012/11/pemimpin-dan-kepemimpinan.html#.UZD5YUogTcs
Baca Selengkapnya...

12.19.2012

Globalisasi Perekonomian


Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut :

  1. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
  2. Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja.
  3. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca negara.
  4. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
  5. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
  6. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.


Baca Selengkapnya...

11.25.2012

Globalisasi

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
  
Pengertian
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

  1. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
  2. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
  3. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
  4. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
  5. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
  1. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan antar manusia di seluruh dunia.
  2. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
  3. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
  4. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
  5. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Teori globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
  1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
  2. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
  3. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
  4. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
  5. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.


Baca Selengkapnya...

11.04.2012

Kesempurnaan Iman

قال النبى صلى الله عليه والسلم : الايمان بضع وسبعون شعبة فأفضلها قول لااله الاالله وأدناهااماطة الأدى عن الطريق والحياء شعبة منالايمان, رواه المحدثون

Rasulullah saw bersabda: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan 'La ilaha illallah' (tauhid), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman." [HR. Bukhari, Muslim].

Yang dijelaskan oleh Imam Nawawi Banten : Amal perbuatan seseorang yang menunjukkan kuatnya iman atau sempurna imannya, yang mengerjakan cabang iman sebanyak 77 cabang. Jadi pasang surut iman seseorang tergantung dari cabang-cabang iman tujuh puluh tujuh.
ايماننا بضع وعين شعبة # يستكملنها اهل فضل يعظم

Iman kita ada 77 cabang, barang siapa yang dapat mengerjakannya, dialah ahli keutaman yang sempurna
Ke-77 cabang itu adalah :
  1. Iman kepada Allah Azza wa Jalla 
  2. Iman kepada para rasul Allah seluruhnya 
  3. Iman kepada para malaikat 
  4. Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya 
  5. Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang buruk – adalah berasal dari Allah 
  6. Iman kepada Hari Akhir 
  7. Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati 
  8. Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur 
  9. Iman bahwa tempat kembalinya mukmin adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah Neraka 
  10. Iman kepada wajibnya mencintai Allah 
  11. Iman kepada wajibnya takut kepada Allah 
  12. Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah 
  13. Iman kepada wajibnya tawakkal kepada Allah 
  14. Iman kepada wajibnya mencintai Nabi saw 
  15. Iman kepada wajibnya mengagungkan dan memuliakan Nabi saw 
  16. Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka terbebas dari Neraka daripada kafir 
  17. Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i 
  18. Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya” 
  19. Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada ancaman-ancamannya 
  20. Thaharah 
  21. Sholat lima waktu 
  22. Zakat 
  23. Puasa 
  24. I’tikaf 
  25. Haji 
  26. Jihad 
  27. Menyusun kekuatan fii sabilillah 
  28. Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari medan peperangan 
  29. Menunaikan khumus 
  30. Membebaskan budak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah 
  31. Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan Ramadhan ; demikian pula fidyah 
  32. Menepati akad 
  33. Mensyukuri nikmat Allah 
  34. Menjaga lisan 
  35. Menunaikan amanah 
  36. Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa manusia 
  37. Menjaga kemaluan dan kehormatan diri 
  38. Menjaga diri dari mengambil harta orang lain secara bathil 
  39. Menjauhi makanan dan minuman yang haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut 
  40. Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan yang diharamkan oleh Allah 
  41. Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam 
  42. Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan menjauhi harta yang tidak halal 
  43. Tidak benci, iri, dan dengki 
  44. Tidak menyakiti atau mengganggu manusia 
  45. Ikhlas dalam beramal karena Allah semata, dan tidak riya’ 
  46. Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih dan menyesal dengan keburukan 
  47. Segera bertaubat ketika berbuat dosa 
  48. Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah 
  49. Menaati ulul amri 
  50. Berpegang teguh pada jamaah 
  51. Menghukumi diantara manusia dengan adil 
  52. Amar ma’ruf nahi munkar 
  53. Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa 
  54. Malu 
  55. Berbakti kepada kedua orang tua 
  56. Menyambung kekerabatan (silaturrahim) 
  57. Berakhlaq mulia 
  58. Berlaku ihsan kepada para budak 
  59. Budak yang menunaikan kewajibannya terhadap majikannya 
  60. Menunaikan kewajiban terhadap anak dan isteri 
  61. Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka 
  62. Menjawab salam 
  63. Mengunjungi orang yang sakit 
  64. Mensholati mayit yang beragama Islam 
  65. Mendoakan orang yang bersin 
  66. Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka 
  67. Memuliakan tetangga 
  68. Memuliakan tamu 
  69. Menutupi kesalahan (dosa) orang lain 
  70. Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan dan kesenangan 
  71. Zuhud dan tidak panjang angan-angan 
  72. Ghirah dan Kelemahlembutan 
  73. Berpaling dari perkara yang sia-sia 
  74. Berbuat yang terbaik 
  75. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua 
  76. Mendamaikan yang bersengketa 
  77. Mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri 
Sumber dari Kitab Qomi' Al-Thughyan 'ala Manzhumati syu'ub Al-Iman, syarah al-muhqiq Al-Syech Muhammad Nawawi bin Umar lil-imami al-'allamah Al-Syech Zainuddin bin Ali bin Ahmad Al-Syafi'i Al-Kusyini Al-Malyabari
Baca Selengkapnya...

11.02.2012

10 Nopember Tak Lepas dari Resolusi Jihad NU

Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan, tidak terlepas dari Resolusi Jihad yang dirintis oleh para ulama pada 22 Oktober 1945.

Saat itu, Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU), almarhum KH Hasyim Asy’ari bersama para kiai besar NU lainnya menyerukan jihad fi sabilillah mempertahankan NKRI.

"Itu yang kita dengar dari keluarga besar Nahdliyin, proses itu tak lepas dari peran kiai," kata Ketua Panitia Kirab Resolusi Jihad Imam Nahrowi saat dihubungi okezone, Sabtu (12/11/2011) malam.

Dia menyayangkan Resolusi Jihad tersebut tak ikut tercatat dalam sejarah. Padahal, kata Imam, para ulama NU pada saat itu terlibat langsung berjuang dalam mempertahankan NKRI. 

"Dalam fakta sejarah, ulama NU enggak kelihatan, kita enggak tahu kenapa hal itu terjadi, entah apa karena ada unsur politisnya. Tapi nyatanya itu tidak ada di buku sekolah. Padahal kiai itu berperan dalam mengusir penjajah walaupun tidak termaktub dalam buku sejarah" papar Imam.

Sekadar diketahui, Resolusi Jihad itu berisikan beberapa seruan, antara lain pertama, seluruh umat Islam wajib hukumnya untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan NKRI dari tangan penjajah Belanda beserta sekutunya.

Kedua, memohon dengan sangat kepada pemerintah RI agar menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan, agama, dan negara Indonesia terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangannya.

Ketiga, supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat sabilillah untuk tegaknya NKRI merdeka dan agama Islam.

sumber : http://news.okezone.com/read/2011/11/13/338/528666/peristiwa-10-november-tak-lepas-dari-resolusi-jihad
Baca Selengkapnya...

1.16.2012

Sistimatika Ta'limul Muta'alim

Kitab kecil yang terdiri dari tiga belas fasal itu, separonya bersifat umum, membicarakan bagaimana seharusnya orang sebagai makhluk hidup mengarungi kehidupan.
Seperti lazimnya kitab kecil yang berbobot keilmuan, fasal awal mencoba memberi batasan terhadap apa saja yang berkaitan dengan isi kitab.
Tentang ilmu, keutaman-keutamaannya, bagian-bagiannya dan cara yang seharusnya untu menghasilkan ilmu itu. Karena mencari ilmu itu ibadah, niat tholabul ilmi yang faridhotun itu tidak boleh ditinggalkan. Tentu saja yang dilakukan tholib agar mendapatkan pahala disamping dimaksudkan pula untuk memicu dan memacu semangat pencarian, menangkal pembiasaan, menjaga koinsistensi, menuntun keberhasilan dan tujuan ritualistik yang lain. Dari sinilah seharusnya kandungan kitab TMT didekati sehingga tuduhan kurang menyenangkan atas TMT dihindari. Melakukan niat tholabil ilmi ini diurai pada fasal dua, anniyah fi haalit ta'allumi.
Pada fasal ketiga dikemukakan perlunya selektif dalam memilih ilmu, guru dan teman bermusyawarah sebelum terjun kedalam kancah ta'allum. Pada fasal ini muncul keharusan menjaga terus minat ta'allum, konsistensi dan tabah dalam tekun terhadap ilmu yang dipelajari dan dialami. Karena memang ilmu yang dipelajari, guru yang mengajar,dan teman yang bersamanya mandalami ilmu itu, dipilihnya sendiri secara selektif itu tadi.
Fasal berikutnya yang membuat pakar ilmu masa kini seolah-olah kebakaran jenggot, adalah tentang kewajiban ta'dhim terhadap ilmu itu sendiri dan ahli ilmu.
Fasal keenam adalah tentang bagaimana seharusnya mencari ilmu berbuat. Dia harus sungguh-sungguh dan disiplin. Kesungguhannya itu menopang diatas cita-cita yang luhur.
Memulai (starting) terjun, memperkirakan kemampuan dan tertib belajar sesuai dengan kondisi diri dan ihwal ilmu yang diterjuni adalah bahasan fasal ketujuh.
Tawakkal, kapan seyogyanya tholibul ilmi, berusaha menghasilkan, ramah dan setia terhadap cita-cita, tidak melewatkan waktunya dan istifadah (membuat catatan-catatan baik dalam tulisan maupun benak), waro' (menjaga makanan dan perbuatan yang dilarang untuk tidak disantap atau dilakukan), apa saja yang membuat orang mudah menghafal dan yang mudah membuat orang gampang lupa dan yang terakhir adalah tentang amalan dan bacaan yang membuat pelakunya tercurahi rizqi Allah. Itu semua adalah pasal kedelapan sampai ketigabelas.
Asas manfaat yang mendasari keibadahan tholabil 'ilmi sebagai pendekatan. Pada awal coret-coret ini, saya mengemukakan bahwa ilmu nafi' yang muntafa' bih adalah anugerah dari Allah yang "allamal insaana maa lam ya' lam". Manfaat dan guna yang didapat oleh orang yang memperoleh keuntungan dari ilmu itu, tidak hanya didunia ini saja, namun juga akhiratnya. Karena itu untuk menghasilkan ilmu yang bermanfaat, tidak hanya menghajatkan peranan dari pencari ilmu itu sendiri. Peranan Allah dan peranan perantara guru dimana orang berhasil mandapatkan ilmu, sama sekali tidak bisa dipisahkan. Hal-hal (baca: a'mal) yang melibatkan Allah SWT. Demi perkenan-Nya, ridho-Nya, kita menyebutnya ibadah.
Ibadah sebagaimana amal-amal lain, ada permulaannya, prosesnya dan akhirnya. Masing-masing menghajatkan pada pemenuhan aturan main yang telah ditetapkan agar yang dilakukannya tidak sia-sia dan sah adanya. Apalagi amal ibadah yang bernama tholabil ilmi menempati peringkat diatas qiyamil lail dan puasa sunnah, mengapa? Ya, karena ilmu itulah yang mengantar orang terhormat dan mulia disisi Allah oleh karena ketakwaan, "Inna akromakum 'indallohi atqaakum". Ilmu adalah wasilah untuk takwa dan takwa adalah wasilah mulia 'indallah. Yang mulia 'indalloh tentu mulia 'nda siwahu min kholqihi.
Ilmu yang menjadi washilah kepada takwa itulah yang dapat disebut sebagai ilmu nafi' wa muntafa' bih (ilmu yang bermanfaat).
Berangkat dari sini, kiranya tidak berlebihan manakala kita pertama-tama harus mampu menempatkan kedudukan ilmu sedemikian rupa, sehingga ghoyatun nafi' dan intifa' dapat dicapai oleh tholib. Dan pada tempatnya pula dia bersikap ta'dhim terhadap apa dan siapa yang diharapkannya akan memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada dirinya, dunia dan akhirat. Kendatipun dia secara filsofis terpaksa menentukan klasifikasi ta'd'him itu. Tergantung pada siapa dia harus berlaku ta'dhim.
Memang pada dasarnya sifat batin adalah sifat bathini, karenanya tidak transparan. Tampilannya bisa beberapa bentuk sesuai dangan keadaan. Keadaan mu'adhdhim dan mu'adhdhom itu sendiri, latar belakang keduanya dan seterusnya.
SUMBER : KONSEP PENDIDIKAN DALAM  KITAB "TA'LIM MUTA'ALIM" DAN RELEVANSINYA  DENGAN DUNIA PENDIDIKAN DEWASA INI oleh : KH. M. Kholil Bisri
Baca Selengkapnya...

6.23.2011

Pedoman Penulisan Paper



PEDOMAN PENULISAN PAPER/KARYA ILMIAH
MAN TAMBAKBERAS JOMBANG

A. Sebuah karya ilmiah terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.

a. Bagian Awal
  1. Halaman sampul luar (judul, jenis KT, nama penyusun, logo, nama sekolah, bulan dan tahun)
  2. Halaman judul
  3. Halaman pengesahan
  4. Kata pengantar
  5. Daftar isi
  6. Daftar tabel
  7. Daftar gambar
  8. Daftar lampiran

b. Bagian Utama
  1. Pendahuluan
  2. Isi/pembahasan
  3. Penutup

c. Bagian Akhir
  1. Daftar pustaka
  2. Lampiran-lampiran
B. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Halaman Sampul Luar
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar (Ucapan syukur, paparan singkat isi, ucapan terima kasih, permintaan kritik dan saran)
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar jika ada
Daftar Lampiran


BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
(memaparkan pentingnya masalah yang akan diteliti dan alas- an pemilihan masalah tersebut)
1.2 Rumusan Masalah
(berisi sejumlah kalimat pertanyaan yang akan dicari jawabannya setelah melakukan penelitian)
1.3 Tujuan Penulisan
(berisi paparan tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah yang dirumuskan)
1.4 Manfaat Penulisan
(berisi manfaat yang dapat diambil, baik bagi peneliti maupun pihak lain)
1.5 Metode Penelitian
(berisi metode atau cara yang digunakan oleh penulis/peneliti dalam melakukan penelitian, yaitu tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan prosedur penelitian)
1.6 Sistematika Penulisan
(urut-urutan penulisan karya ilmiah)

BAB II Pembahasan
(berisi pembahasan masalah sesuai tujuan penulisan)

BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

C. Contoh Kerangka Karya Ilmiah

Pengolahan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian minyak kelapa murni?
2. Apa perbedaan minyak minyak kelapa murni dan minyak kelapa biasa?
3. Apa kelebihan minyak kelapa murni?
4. Bagaimana pengolahan minyak kelapa murni?
5. Apa manfaat minyak kelapa murni?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian minyak kelapa murni,
2. untuk mengetahui perbedaan minyak minyak kelapa murni dan minyak kelapa biasa,
3. untuk mengetahui kelebihan minyak kelapa murni,
4. untuk mengetahui cara pengolahan minyak kelapa murni, dan
5. untuk mengetahui manfaat minyak kelapa murni.

1.4 Manfaat Penulisan
Selain tujuan penulisan di atas, adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, karya ilmiah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
2. Bagi pihak lain, karya ilmiah ini sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Tempat dan Waktu Penelitian
1.5.2 Subjek Penelitian
1.5.3 Instrumen Penelitian
1.5.4 Prosedur Penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan

BAB II Pembahasan

BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Minyak Kelapa Murni
2.2 Perbedaan Minyak Kelapa Murni dan Minyak Kelapa Biasa
2.2.1 Minyak Kelapa Murni
2.2.2 Minyak Kelapa Biasa
2.3 Kelebihan Minyak Kelapa Murni
2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Murni
2.4.1 Pengolahan Cara Tradisional
2.4.2 Pengolahan Cara Modern
2.5 Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni
2.5.1 Pemanfaatan untuk Pengobatan Penyakit
2.5.2 Pemanfaatan untuk Kosmetika


Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka

Catatan :

Penulisan halaman pada karya ilmiah, jika terdapat bab maka penulisan halaman di bawah dengan posisi di tengah. Apabila tidak terdapat bab maka penulisan halaman di atas dengan posisi di kanan.

Baca Selengkapnya...

5.31.2011

Kriteria Umum


Kriteria Umum (WAJIB)
Ujian Praktek Weblog TIK Kelas XI
  1. Blog di definisikan sebagai halaman web dengan masukan bertanggal (dated entry)
  2. Blog merupakan hasil karya Siswa-Siswi MAN Tambakberas
  3. Blog dapat ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa lainnya.
  4. Tidak berisi hal-hal yang bertentangan dengan hukum/undang-undang baik Negara, Madrasah maupun Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum
  5. Terdaftar dalam Daftar alamat weblog siswa MAN Tambakberas : Program Agama, Program BHS, Program IPA, Program IPS
  6. Artikel yang dimuat dalam blog minimal ada 3 artikel
  7. Posting berita breking news (hotnews)
  8. Memuat Slide Foto Masyayich PPBU
  9. Pernak-pernik blog adalah page elements (blogspot) pada sidebar yang mendukung isi blog dan memiliki fungsionalitas tinggi dalam membentuk citra blog. Pemilihan themes, layout dan design sebagai penilaian tambahan
  10. Seluruh karya yang dimuat dalam blog adalah hasil karya sendiri. Jika ada pengutipan wajib mencantumkan sumber kutipan atau backlink. Berlaku untuk teks dan gambar (statis dan animasi)
Jadwal Ujian : Klik di sini
SELAMAT BERKARYA DAN BERKREATIFITAS
Baca Selengkapnya...

12.04.2010

Peranan TIK dalam Pendidikan

Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :

1. TIK sebagai skill dan kompetensi

  • Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.

2. TIK sebagai infratruktur pembelajaran

  • Tersedianya bahan ajar dalam format digital
  • The network is the school
  • belajar dimana saja dan kapan saja

3. TIK sebagai sumber bahan belajar

  • Ilmu berkembang dengan cepat
  • Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia
  • Buku dan bahan ajar diperbaharui secara kontinyu
  • Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
  • Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama

4. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran

  • Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata
  • Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar
  • Pelajar melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
  • Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru
  • Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga menentukan proses pemberian fasilitas

5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran

  • Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya
  • Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat
  • Kualitas layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap
  • Orang merupakan sumber daya yang bernilai

6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan

  • Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran
  • Guru meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu
  • Profil institusi pendidikan diketahui oleh pemerintah.
sumber : ilmu komputer bersama Dr. Wawan Setiawan, M.Kom
Baca Selengkapnya...

11.29.2010

Kode-Kode HTML

Perintah-Perintah TAG dalam kode HTML
  1. !--– –-- ==>Memberi komentar atau keterangan. Kalimat yang terletak pada tag kontiner ini tidak akan terlihat pada browser
  2. A HREF==> Membuat link ke halaman lain atau ke bagian lain dari halaman tersebut
  3. A NAME=""==>Membuat nama bagian yang didefinisikan pada link pada halaman yang sama
  4. APPLET==> Sebagai awal dari Java applets
  5. Mendefinisikan daerah yang dapat diklik (link) pada image map
  6. B==>Membuat teks tebal
  7. BASEFONT==>Membuat atribut teks default seperti jenis, ukuran dan warna font
  8. BGSOUND==>Memberi (suara latar) background sound pada halaman web
  9. BIG==>Memperbesar ukuran teks sebesar satu point dari defaultnya
  10. BLINK==>Membuat teks berkedip
  11. BODY==>Tag awal untuk melakukan berbagai pengaturan terhadap text, warna link dan visited link
  12. BR==>Pindah baris
  13. CAPTION==>Membuat caption pada tabel
  14. CENTER==>Untuk perataan tengah terhadap teks atau gambar
  15. COMMENT==>Meletakkan komentar pada halaman web tidak tidak akan nampak pada browser
  16. DD==>Indents teks
  17. DIV==>Represents different sections of text.
  18. EMBED==>Menambahkan sound or file avi ke halaman web
  19. FN>Seperti tag A NAME=""
  20. FONT==>Mengganti jenis, ukuran, warna huruf yang akan digunakan utk teks
  21. FORM==>Mendefinisikan input form
  22. FRAME==>Mendefinisikan frame
  23. FRAMESET==>Mendefinisikan attribut halaman yang akan menggunakan frame
  24. H==.Ukuran font dari nilai 1 sampai 6 H1 samapai H2
  25. HEAD==> Mendefinisikan head document.
  26. HR==>Membuat garis horizontal
  27. HTML==> Bararti dokumen html
  28. I==> Membuat teks miring
  29. IMG==>Image, imagemap atau an animation
  30. INPUT==>Mendefinisikan input field pada form
  31. LI==>Membuat bullet point atau baris baru pada list (berpasangan dengan tag DIR, MENU, OL and UL)
  32. MAP==> Mendefinisikan client-side map
  33. MARQUEE==>Membuat scrolling teks (teks berjalan) – hanya pada MS IE
  34. NOBR==>Mencegah ganti baris pada teks atau images
  35. NOFRAMES>Jika browser user tidak mendukung frame
  36. OL==>Mendefinisikan awal dan akhir list
  37. P==>Ganti paragraf
  38. PRE==>Membuat teks dengan ukuran huruf yg sama
  39. SCRIPT>Mendefinisikan awal script
  40. TABLE==>Membuat tabel
  41. TD==>Kolom pada tabel
  42. TITLE==>Mendefinisikan title
  43. TR==>Baris pada tabel
  44. U==>Membuat teks bergaris bawah
Baca Selengkapnya...
 

Kunjungan

Aktifitas

Uzy Ibni Muhammad Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template